Toksikologi Lingkungan : Sejarah, Sumber, Jenis, dan Dampaknya
Toksikologi Lingkungan : Sejarah,
Sumber, Jenis, dan Dampaknya
A. Pengertian Toksikologi.
Toksikologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari efek merugikan dari bahan kimia
terhadap organisme hidup. Potensi efek merugikan yang ditimbulkan oleh bahan
kimia di lingkungan sangat beragam dan bervariasi sehingga ahli toksikologi
mempunyai spesialis kerja bidang tertentu. Efek toksik atau efek yang tidak
diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali
bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai
di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan
manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan
dengan situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur
masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan. Pemaparan
bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat
kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik.
Untuk
manusia pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja,
dan pemaparan kronik dialami oleh para pekerja terutama di lingkungan
industri-industri kimia. Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah
mekanisme dan efek dari dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara
bersamaan akan menghasilkan suatu respons yang mungkin bersifat aditif,
sinergis, potensiasi, dan antagonistik. Karakteristik pemaparan membentuk
spektrum efek secara bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan
hubungan dosis-respons.
Di
dalam lingkungan dikenal zat xenobiotik yaitu zat yang asing bagi tubuh, dapat
diperoleh dari luar tubuh (eksogen) maupun dari dalam tubuh (endogen).
Xenobiotik yang dari luar tubuh dapat dihasilkan dari suatu kegiatan atau
aktivitas manusia dan masuk ke dalam lingkungan. Bila organisme terpajan oleh
zat xenobiotik maka zat ini akan masuk ke dalam organisme dan dapat menimbulkan
efek biologis.
B. Sejarah Toksikologi Lingkungan.
Pengetahuan
tentang racun sesungguhnya sudah ada sejak zaman dahulu tetapi belum tersusun
secara sistematis menjadi suatu ilmu. Baru pada awal abad ke – 16 seorang ahli
racun terkenal yang hidup pada tahun 1493 – 1541, Phillipus Aureolus
Theophrastus Bombastus von Hohenheim Paracelcus (PATBH Paracelcus)
memperkenalkan istilah toxicon (toxic agent) untuk zat (substansi) yang dalam
jumlah kecil dapat mengganggu fungsi tubuh. Ia adalah orang pertama yang
meletakkan dasar ilmu dalam
mempelajari racun dan mengenalkan dalil sebagai berikut :
1. Percobaan
pada hewan merupakan cara yang paling baik dalam mempelajari respon tubuh
terhadap racun.
2. Efek
suatu zat (kimia atau fisik) pada tubuh dapat merupakan efek terapi
(bermanfaat) dan efek toksik (merugikan).
Selanjutnya,
toksikologi modern diperkaya oleh Mattieu Joseph Orfilla (1787 – 1853). Ia
merupakan orang pertama yang melakukan penelitian secara sistematis tentang respon biologik
anjing pada zat kimia tertentu. Ia memperkenalkan toksikologi sebagai ilmu yang
memepelajari racun, ia mengembangkan analisis terhadap racun misalnya As
(Arsen) dan meletakkan dasar toksikologi forensik. Toksikologi juga
dikembangkan oleh ahli lain seperti Francois Magendie (1783 – 1855) yang
meneliti efek striknin dan emetin.
C. Sumber Toksikologi.
Sumber
pencemar toksikologi, salah satunya yaitu tanah, karena pencemaran tanah tidak
jauh beda atau bisa dikatakan mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara
dan pencemaran air, maka sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada
umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida
karbon, oksida nitrogen, oksida belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang
larut dalam air hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan
asam sehingga menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah. Air permukaan tanah
yang mengandung bahan pencemar misalnya tercemari zat radioaktif, logam berat
dalam limbah industri, sampah rumah tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk
dan pestisida dari daerah pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat
menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan
ataupun tanah daerah yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut.
Maka sumber bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber
pencemar yang berasal dari, sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah
sakit, gunung berapi yang meletus / kendaraan bermotor dan limbah
industri.
Sumber
pencemar tanah, karena pencemaran tanah tidak jauh beda atau bisa dikatakan
mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan pencemaran air, maka sumber
pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga merupakan sumber
pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen, oksida
belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun
ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga menimbulkan
terjadinya pencemaran pada tanah. Air permukaan tanah yang mengandung bahan
pencemar misalnya tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri,
sampah rumah tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari
daerah pertanian, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah yang
dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut. Maka sumber bahan pencemar
tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal dari,
sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah rumah sakit, gunung berapi yang
meletus / kendaraan bermotor dan limbah industry.
D. Jenis - jenis Sumber Toksikologi.
1.
Limbah
Industry.
Limbah industri sangat potensial sebagai
penyebab terjadinya pencemaran air. Pada umumnya limbah industri mengandung
limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan beracun. Menurut PP 18 tahun 99 pasal 1,
limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun yang dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup sehingga
membahayakan kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya.
Limbah Industri berasal dari sisa-sisa
produksi industri. Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu
proses produksi, misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan
industri kimia lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah
zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan logam seperti Hg, Zn,
Pb, Cd dapat mencemari tanah. Merupakan zat yang sangat beracun terhadap
mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi
mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah.
2.
Limbah
Pertanian.
Pupuk dan pestisida biasa digunakan para
petani untuk merawat tanamannya. Namun pemakaian pupuk dan pestisida yang
berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat
merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan
gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan
pencemaran oleh deterjen. Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk
sintetik untuk menyuburkan tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan
pestisida untuk pemberantas hama tanaman.
Penggunaan pupuk yang terus menerus
dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah
berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah
semakin berkurang. Dan penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman
tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan
tanah tergantung pada jumlah organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan
pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap
pestisida tersebut.
3.
Limbah
Domestic.
Limbah rumah tangga mengandung limbah
domestik berupa sampah organik dan sampah anorganik serta deterjen. Sampah
organik adalah sampah yang dapat diuraikan atau dibusukkan oleh bakteri.
Contohnya sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah
anorganik sepertikertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam,
karet, dan kulit. Sampah-sampah ini tidak dapat diuraikan oleh bakteri (non
biodegrable). Sampah organik yang dibuang ke sungai menyebabkan berkurangnya
jumlah oksigen terlarut, karena sebagian besar digunakan bakteri untuk proses
pembusukannya. Apabila sampah anorganik yang dibuang ke sungai, cahaya matahari
dapat terhalang dan menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga,
yang menghasilkan oksigen. Dan deterjen merupakan limbah pemukiman yang paling
potensial mencemari air.
Pada saat ini hampir setiap rumah tangga
menggunakan deterjen, padahal limbah deterjen sangat sukar diuraikan oleh
bakteri. Limbah rumah tangga atau domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman
penduduk; perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan
misalnya kantor-kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah
padat dan cair. Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan atau diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik,
kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur.
Bahan pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus
plastik yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan
oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian. Sampah anorganik tidak
ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar
tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat
menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan
berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh
makanan untuk berkembang. Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika
meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh
mikro-organisme di dalam tanah.
E.
Substansi
Kimia Toksikologi.
Toksisitas
senyawa kimia didefinisikan sebagai kemampuan senyawa kimia mengakibatkan
bahaya terhadap metabolisme jaringan makhluk hidup. Racun yang berasal dari zat
atau senyawa kimia dapat berada di dalam lingkungan secara alamiah atau yang sengaja dibuat oleh
manusia. Harus diakui bahwa zat kimia beracun kebanyakan berasal dari aktivitas
manusia dan meliputi berbagai aspek kehidupan. Senyawa kimia beracun juga dapat
hadir di dalam lingkungan secara alamiah. Kehadiran zat kimia beracun alamiah
di dalam lingkungan diasumsikan akan selalu konstan, kecuali ditambah oleh aktivitas
manusia seperti penambahan logam beracun kedalam lingkungan oleh
kegiatan-kegiatan industry dan kemajuan teknologi. Pengaruh kehadiran berbagai
jenis zat kimia beracun tersebut di dalam lingkungan mungkin dapat diketahui
dengan cepat, akan tetapi pengaruh negatif pada umumnya baru diketahui setelah
masuknya zat kimia tersebut dalam jangka waktu cukup lama.
Kehadiran
zat kimia beracun alamiah mungkin dapat semakin meningkat atau bahkan semakin
menurun, tergantung kondisi lingkungan. Sebagai contoh, jumlah bakteri dan
jamur yang mengkotaminasi makanan saat ini mungkin semakin berkurang sesuai
dengan tersedianya peralatan yang dapat menjaga makanan terbebas dari bakteri
dan jamur. Akan tetapi perkembangan dan kemajuan teknologi saat ini juga
memungkinkan akan munculnya species baru yang atahan terhadap berbagai
kondisi anti bakteri dan anti jamur baru
yang sangat immun terhadap berbagai jenis kondisi dapat meningkatkan jumlah
racun alamiah di dalam lingkungan.
F. Unsur Beracun dan Bentuk Elemennya.
1.
Ozon.
Ozon (O3) terdiri dari tiga molekul
oksigen dan amat berbahaya pada kesehatan manusia. Secara alamiah, ozon
dihasilkan melalui percampuran cahaya ultraviolet dengan atmosfer bumi dan
membentuk suatu lapisan ozon pada ketinggian 50 kilometer.
2.
Fosfor
Putih.
Posfor putih adalah molekul dengan
komposisi P4. Fosfor putih memiliki
titik leleh rendah (mp 44.1o C) dan larut dalam benzen atau karbon disulfida.
Karena fosfor putih piroforik dan sangat beracun, fosfor putih harus ditangani
dengan hati-hati. Fosfor putih secara spontan menangkap api di udara, terbakar
dengan nyala putih dan menghasilkan asap putih campuran fosfor (III) oksida dan
fosfor (V) oksida. Proporsinya bergantung pada jumlah oksigen yang tersedia.
Dengan oksigen berlebih, produk yang dihasilkan hampir semuanya berupa fosfor
(V) oksida. Posfor putih pada prakteknya digunakan sebagai bom yang mematikan.
Oleh karenanya senyawa ini sangat dilarang. Penggunaan posfor putih sanagat
merugikan dan dapat mencemari lingkungan.
3.
Elemental
Halogen.
Unsur halogen merupakan VIIA yaitu F,
Cl, Br, I dan At. Namun unsur yang sering ditemui dalam lingkungan Halogen
adalah selain At. Di lingkungan unsur-unsur halogen berupa molekul F2, Cl2, Br2
dan I2. Unsur yang paling berbahaya adalah Flour dan Klorid. Flour memiliki
warna kuning berfasa gas yang sangat reaktif dan oksidan yang kuat. Brom (Br2)
adalah cairan merah gelap yang mudah menguap yang beracun bila terhirup atau
tertelan.
4.
Logam
berat.
Logam berat yang beracun dalam bentuk
senyawa, terutama merkuri, yang beracun dalam bentuk unsur dan metaloid. Contoh
senyawa logam berat lainnya yang sangat berbahaya adalah kadnium, arsenik, dan
timbal.
G. Senyawa Toksik Anorganik.
1.
Sianida.
Sianida adalah senyawa kimia yang
mengandung kelompok siano C≡N, dengan atom karbon terikat-tiga ke atom
nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa adalah
gas, dan lainnya adalah padat atau cair. Beberapa seperti-garam, beberapa
kovalen. Beberapa molekular, beberapa ionik, dan banyak juga polimerik. Senyawa
yang dapat melepas ion sianida CN− sangat beracun. (Wikipedia).
2.
Karbon
Monoksida.
Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah
gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom
karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan
ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom
karbon dan oksigen. (Wikipedia). Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran
tak sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam.
Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses
pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna
biru, menghasilkan karbon dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan
peran yang penting dalam teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak
senyawa karbon. (Wikipedia).
3.
Nitrogen
Oksida.
Nitrogen oksida (NOx) adalah senyawa gas
yang terdapat di udara bebas (atmosfer) yang sebagian besar terdiri atas nitrit
oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta berbagai jenis oksida dalam
jumlah yang lebih sedikit. Kedua macam gas tersebut mempunyai sifat yang sangat
berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.
Gas NO yang mencemari udara secara
visual sulit diamati karena gas tersebut tidak bewarna dan tidak berbau.
Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat
menyengat dan warnanya merah kecoklatan. Sifat Racun (toksisitas) gas NO2 empat
kali lebih kuat dari pada toksisitas gas NO.(The Chemistries).
4.
Hidrogen
Halida.
Hidrogen halida (rumus umum HX, di mana
X adalah F, Cl, Br, atau I) relatif gas beracun. Yang paling banyak digunakan
gas ini HF dan HCl.(Manahan). Hidrogen fluorida adalah molekul yang terbentuk
dari kombinasi atom hidrogen dengan atom fluor. Ini adalah molekul yang sangat
berharga dalam industri, tetapi juga merupakan bahan kimia yang sangat
berbahaya bagi sistem biologi. Di atas suhu kamar, hidrogen fluorida adalah
gas, tetapi dapat diringkas menjadi kristal padat ketika suhu lebih rendah dari
sekitar 20 derajat Celcius.
Hidrogen fluorida memiliki massa molar
dari 20 gram per mol.( Sridianti). Hidrogen fluoride digunakan terutama sebagai
prekursor atau reaktan untuk membuat bahan kimia komersial penting lainnya.
Sebagai contoh, hidrogen fluorida sering digunakan untuk memproduksi aluminium,
yang merupakan unsur logam. Hal ini juga digunakan dalam pemisahan isotop
uranium, yang merupakan versi radioaktif dari unsur uranium. HF dapat digunakan
untuk memproduksi stainless steel dan dalam produksi minyak bumi (minyak)
produk.( Sridianti).
5.
Senyawa
Interhalogen dan Halogen Oksida.
Senyawa interhalogen yaitu ClF, BrCl,
dan BrF3, sangat reaktif dan sebagai oksidan kuat. Senyawa-senyawa ini bereaksi dengan air untuk menghasilkan
larutan asam halida (HF, HCl) dan produk lain oksigen {O}. (Manahan). Bahayanya
senyawa interhalogen adalah ketika bereaksi dengan air dan menghasilkan
Hidrogen halida. Produk yang paling berbahaya adalah Hf dan HCl. Dalam
lingkungan senyawa ini bisa didapat ketika limbah industri yang dibuang ke
daerah perairan. Dibawah ini adalah contoh reaksi dari senyawa interhalogen.
6.
Silikon.
Silika (SiO2, kuarsa) terjadi di
berbagai jenis batuan seperti pasir, batu pasir, dan tanah diatom. Silikosis
akibat paparan debu silika dari bahan-bahan konstruksi, sandblasting, dan
sumber-sumber lainnya telah menjadi sumber penyakit. (Manahan). Sebagian besar
silikon digunakan secara komersial tanpa dipisahkan, terkadang dengan sedikit
pemrosesan dari senyawanya di alam.
Contohnya adalah pemakaian langsung
batuan, pasir silika, dan tanah liat dalam pembangunan gedung. Silika juga
terdapat pada keramik. Banyak senyawa silikon modern seperti silikon karbida
yang dipakai dalam pembuatan keramik berdaya tahan tinggi. Silikon juga dipakai
sebagai monomer dalam pembuatan polimer sintetik silikon. (wikipedia). Senyawa
anorganik yang mengandung silikon lainnya adalah Silan (SiH4), disilane
(H3SiSiH3), Silikon tetraklorida (SiCl4).
diklorosilane (SiH2Cl2) dan trichlorosilane, (SiHCl3). Rumus molekul
dari senyawa yang mengandung silikon lainnya adalah SiX4 dan H4-xSiXx, dimana X
adalah unsur halida.
7.
Asbes.
Asbes adalah nama yang diberikan kepada
sekelompok mineral silikat berserat, biasanya kelompok dari serpentin, yang
memiliki rumus kimia diperkirakan adalah Mg3(Si2O5)(OH)4. Asbes telah banyak
digunakan dalam bahan struktural, rem pelapis, isolasi, dan pembuatan
pipa.(Manahan).
8.
Senyawa
Anorganik Posfor.
Senyawa anorganik Posfor yang dianggap
berbahaya diantaranya PH3, P4H10, Posfor halida PX3 dan PX5, dan Posfor Oksihalida POCl3. Yang paling penting dari halida fosfor, rumus
umum PX3 dan PX5, adalah fosfor pentaklorida digunakan sebagai katalis dalam
sintesis organik, sebagai pengklorinasi sebuah agen, dan sebagai bahan baku
untuk membuat fosfor oksiklorida (POCl3). fosfor oksiklorida (POCl3) memiliki
sifat fisika cairan marah kuning samar-samar. Jika bereaksi dengan air akan
membentuk uap beracun dari asam klorida dan asam fosfor (H3PO3).
9.
Senyawa
Anorganik Sulfur.
Banyak senyawa yang mengandung bersifat
toksik, namun yang paling umum dan banyak ditemui adalah H2S, H2SO4. Hidrogen
sulfida, H2S, adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan
berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika
bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas
anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga
muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.
(Wikipedia). Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat.
Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Produksi dunia
asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton. Kegunaan utamanya termasuk
pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan
minyak.(Wikipedia).
10. Senyawa Organologam.
Organologam adalah senyawa kimia yang
mengandung ikatan antara karbon dan logam. organologam menggabungkan
aspek-aspek kimia anorganik dengan kimia organik. Senyawaan organologam banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sebagai katalis, misalnya pada pengolahan
hasil minyak bumi dan produksi polimer organik. (Wikipedia). Senyawa
organologan terdiri atas Organolead seperti Pb(C2H5)4, Organotin seperti tin-tributiltin klorida and tributyltin
(TBT), dan karbonil seperti Nikel tetrakarbonil (Ni(CO)4).
H. Toksikologi Senyawa Organic.
1.
Hidrokarbon
Alkane.
Gas metana, etana, propana, n-butana,
dan isobutana (keduanya C4H10) merupakan hidrokarbon yang dianggap berbahaya.
Senyawa-senyawa ini bereaksi diudara sebagai gas beracun. Alkana lainnya adalah
n-heksana dan sikloheksana.
2.
Hidrokarbon
Alkena dan Alkina.
Hidrikarbon yang beracun dari golongan
ini diantaranya etilen, propilena(C3H6),1,3-butadiena dan Asetilena, (H-CºC-H).
Etilen adalah gas tidak berwarna, berbau
dan agak manis, selain itu senyawa yang mirip dengan etilen toksisitanya
adalah Propilena. 1,3-butadiena adalah
gas berwarna dan tidak berbau. Dan
Asetilena, H-CºC-H, adalah gas tidak berwarna dengan bau bawang
putih.(Manahan).
3.
Benzena
dan Hidrokarbon Aromatic.
Senyawa yang bersifat toksik dari
golongan ini diantaranya Toluen, Naptalen, dan Hidrokarbon aromatik polisiklik.
Toluena, dikenal juga sebagai metilbenzena ataupun fenilmetana, adalah cairan
bening tak berwarna yang tak larut dalam air dengan aroma seperti pengencer cat
dan berbau harum seperti benzena. Toluena adalah hidrokarbon aromatik yang
digunakan secara luas dalam stok umpan industri dan juga sebagai pelarut.
Seperti pelarut-pelarut lainnya, toluena juga digunakan sebagai obat inhalan
oleh karena sifatnya yang memabukkan. (Wikipedia). Naftalena (Bisiklo [4.4.0]
deca-1-pentena ,3,5,7,9 atau bisiklo [4.4.0] deca-2,4,6,8,10-pentena) merupakan
senyawa organik dengan rumus molekul C10H8. Naftalena merupakan senyawa
hidrokarbon polisiklik aromatik sederhana, berbentuk kristal padat berwarna
putih dengan bau yang khas dan terdeteksi oleh indra penciuman pada konsentrasi
serendah 0,08 ppm. Sebagai senyawa aromatik , struktur naftalena terdiri dari
sepasang gugus arena atau cincin benzena yang bersatu. Naftalenta dikenal
sebagai bahan utama penyusun kapur barus tradisional. (wikipedia).
4.
Senyawa
Organik yang Mengandung-Oksigen.
Senyawa toksik dari golongan ii terdiri
atas Oksida dan Alkohol. Contoh senyawa Oksida yang toksik adalah Etilen
oksida, Propilen Oksida, Benzo(a)piren, 7,8-Diol-9,10-epoksida dan lain-lain.
Sedangkan dari golongan alkohol diantaranya metanol, etanol etilen glikol dan lain sebagainya.
5.
Fenol.
Fenol atau asam karbolat atau benzenol
adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah
C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan
cincin fenil. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi
aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya. Selain itu fenol juga berfungsi
dalam sintesis senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa
fenol (fenolat) banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan
senyawa fenolat yang lain. Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang
merupakan minyak pada cengkeh. (Wikipedia).
6.
Organonitrogen.
Organonitrogen merupakan senyawa organik
yang mengandung unsur nitrogen.
7.
Senyawa
Organohalida.
Seyawa organohalida merupakan senyawa
organik yang mengandung unsur halida terbagi atas alkil halida, alkenil halida
dan aril halida. Alkilhalida yang bersifat toksik adalah Karbontetraklorida
CCl4. Alkenil Halida yang bersifat adalah Vinil klorida dan Tetrakloro etilen.
Sedangkan Aril halida yang tergolong toksik diantaranya benzen yang mengikat
unsur halida seperti dilorobenzen.
8.
Organohalida
Pestisida.
Organohalida pestisida merupakan senyawa
organik yang mengandung unsur halidan dan sigunakan sebagai pestisida. Senyawa
ini diantaranya terdiri atas TCDD (2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin) dan
Fenol klorinat. Contoh dari fenol klorinat adalah penta klorofenol.
9.
Senyawa
Organosulfur.
Senyawa organo sulfur merupakan senyawa
organik yang mengandung sulfur seperti Asam metilsulfur dan Dimetil sulfat.
10. Senyawa organopospor.
Senyawa organo posfor merupakan senyawa
organik yang mengandung posfor.
I. Dampak Toksikologi Lingkungan.
a.
Teratogen.
Teratogen berasal dari kata Yunani
‘tera’ yang berarti ‘monster’, yaitu segala zat yang mengakibatkan kecacatan
janin. Yang termasuk teratogen adalah malnutrisi, penyakit infeksi, alkohol,
dan tembakau (Arnett, 2012). Ahli lain menambahkan yang termasuk teratogen
adalah tipe darah yang kurang cocok, polusi lingkungan, stres ibu, dan usia
ayah-ibu pada saat janin dikandung. Mekanisme biokimia teratogenesis bervariasi
termasuk penghambatan enzim oleh xenobiotik; perampasan janin substrat penting,
seperti vitamin; gangguan pasokan energi; atau perubahan permeabilitas membran
plasenta.
b.
Mutagenesis.
Mutagenesis adalah proses dimana informasi genetik dari
suatu organisme berubah dengan cara yang stabil, sehingga terjadi mutasi.
Mutasi terjadi secara spontan di alam, atau sebagai akibat dari paparan
mutagen. Mutagen mengubah DNA untuk menghasilkan sifat-sifat diwariskan.
Meskipun proses mutasi terjadi tanpa adanya zat xenobiotik, kebanyakan mutasi
tersebut berbahaya dan dapat menyebabkan cacat lahir, kanker serta berbagai
penyakit keturunan, tetapi juga merupakan kekuatan pendorong evolusi.
Mutagenesis sebagai ilmu dikembangkan oleh Hermann Muller, Charlotte Auerbach
dan JM Robson di babak pertama abad ke-20.
c.
Karsinogenesis.
Karsinogenesis adalah suatu proses
banyak tahap, baik pada tingkat fenotipe maupun genotype. Suatu neoplasma ganas
memiliki beberapa sifat fenotipik, misalnya pertumbuhan berlebihan, sifat
invasi lokal, dan kemampuan metastasis jauh. Sifat ini diperoleh secara
bertahap, suatu fenomena yang disebut tumor progression. Pada tingkat
molekular, progresi ini terjadi akibat akumulasi kelainan genetik yang pada
sebagian kasus dipermudah oleh adanya gangguan pada perbaikan DNA. Perubahan
genetik yang mempermudah tumor progression melibatkan tidak saja gen yang
mengendalikan angiogenesis, invasi, dan metastasis. Sel kanker juga harus
melewatkan proses penuaan normal yang membatasi pembelahan sel (Kumar et
al.,2007).
Kanker juga merupakan suatu kondisi yang
ditandai oleh replikasi tidak terkendali dan pertumbuhan sendiri (somatik)
sel-sel tubuh. Agen karsinogenik dapat dikategorikan
sebagai berikut :
1. Agen
kimia, seperti nitrosamin dan hidrokarbon aromatik polisiklik.
2. Agen
biologis, seperti hepadnaviruses atau retrovirus.
3. Radiasi
Pengion, seperti sinar-X.
4. Faktor
genetik, seperti pembiakan selektif.
Dalam beberapa kasus kanker biasanya
dapat disebabkan karena bahan kimia sintetis dan alami. Peran kimia xenobiotik
dalam menyebabkan kanker disebut karsinogenesis kimia. Hal ini sering dianggap
sebagai aspek yang paling penting dari toksikologi. Karsinogenesis kimia
memiliki sejarah panjang. Pada tahun 1775 Sir Percival Pott, Surgeon General
melayani Raja George III dari Inggris, saat itu cerobong asap di London
menyebabkan insiden luar biasa dalam penyebab kanker skrotum, yang terkait
dengan eksposur mereka ke jelaga dan tar dari pembakaran batubara bituminous.
Sekitar tahun 1900 seorang ahli bedah Jerman, Ludwig Rehn, melaporkan insiden
tinggi kanker kandung kemih pada pekerja pewarna terkena bahan kimia yang
diekstrak dari tar batubara; 2-naphthylamine, NH2 itu terbukti sebagai
penyebabnya.
Proses
karsinogenesis terdiri dari tiga tahapan yaitu :
1. Inisiasi.
Tahap permulaan dimana sel normal
berubah menjadi premaligna. Karsinogen harus merupakan mutagen yaitu zat yang
dapat menimbulkan mutasi gen. Pada tahap inisiasi karsinogen bereaksi dengan
DNA menyebabkan ampifikasi gen dan produksi copy multipel gen. Pada proses
inisiasi ini karsinogen yang merupakan inisiator adalah mutagen, cukup terkena
sekali paparan karsinogen, keadaanini permanen dan irreversibel, proses tidak
merubah ekspresi gen.
2.
Promosi.
Promotor adalah zat non mutagen tetapi
dapat menaikkan reaksi karsinogen dan dapat menimbulkan amplifikasi gen. Suatu
promotor yang terkenal adalah ester phorbol yang terdiri dari TPA (Tetradeconyl
pharbol Acetat) dan RPA (12-Retinoyl Phorbol Acetat) yang terdapat dalam minyak
kroton. Sifat-sifat promotor adalah mengikuti kerja inisiator, perlu paparan
berkali-kali, keadaan dapat reversibel, dapat mengubah ekspresi gen seperti
hiperplasi, induksi enzym, induksi differensiasi.
3. Progresi.
Pada progresi ini terjadi aktifasi ,
mutasi, atau hilangnya gen. Pada progresi ini timbul perubahan benigna menjadi
premaligna dan maligna.
Dalam
proses karsinogenesis ada 3 mekanise yang terlibat :
a. Onkogen
yang dapat menginduksi timbulnya kanker.
b. Anti-onkogen
atau gen supressor yang dapat mencegah timbulnya sel kanker.
c. Gen
modulator yang dapat mempengaruhi penyebaran kanker.
Kemoterapi
berarti menggunakan obatan – obatan untuk membunuh sel kanker. Kebanyakan
obat–obat kemoterapi mempengaruhi satu atau beberapa komponen pada siklus sel.
Obat–obat
kemoterapi berdasarkan cara kerja obat pada fase siklus sel dibedakan menjadi :
1. Alkylating
Agent, merupakan spesifik non siklus sel. Bekerja dengan cara memberikan gugus
alkyl yang tidak stabil untuk berikatan dengan DNA, sehingga merusak replikasi
DNA. Umumnya bekerja pada fase G1 atau mitosis namun pada dosis tinggi dapat
bekerja pada G0. Termasuk dalam golongan ini adalah Cisplatin dan
Cyclophosphamide.
2. Golongan
antimetabolit, bekerja secara spesik pada fase sintesis DNA dan RNA. Termasuk
dalam golongan ini adalah : fluorouracil, methotrexate.
3. Obat
kemoterapi yang membunuh sel kanker dengan cara menghalangi mitosis.
Secara inhibisi fungsi chromatin, Ada 2
golongan, yang pertama adalah
a. Golongan
Topoisomerase Inhibitors, yaitu : Bleomycin, Doxorubicin.
b. Golongan
Penghambat Microtubulus, yaitu : Doxetacel, Vincristin.
4. Sebagai
antibiotika yang mengikat DNA secara ikatan kompleks, yang dikenal sebagai
golongan Antracycline, yaitu : Mytocin C.
5. Sebagai
hormon (estrogen, progestin, anti estrogen,androgen).
d.
Sistem
kekebalan Response.
Sistem kekebalan tubuh berfungsi sebagai
sistem pertahanan alami tubuh untuk melindunginya dari bahan kimia xenobiotik;
agen infeksi, seperti virus atau bakteri; dan sel-sel neoplastik yang merespon
jaringan kanker. Xenobiotik dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh kehilangan
kemampuannya untuk mengontrol proliferasi sel dan mengakibatkan leukemia atau
limfoma. Racun dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh alergi atau
hipersensitivitas. Kondisi seperti ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh
bereaksi berlebihan terhadap keberadaan agen asing atau metabolitnya dengan
cara merusak diri sendiri. Di antara bahan xenobiotik yang dapat menyebabkan
reaksi seperti berilium, kromium, nikel, formaldehida, beberapa jenis pestisida,
resin, dan plasticizer.
e.
Zat
Estrogenik.
Sejumlah zat xenobiotik yang diduga memiliki
efek buruk pada hewan dan sistem reproduksi manusia dengan meniru atau
mengganggu aksi estrogen. Zat-zat tersebut sering disebut sebagai estrogen
eksogen atau exoestrogen yang dapat menyebabkan gangguan pada saluran
reproduksi dan efek seperti mengurangi jumlah produksi sperma dan air mani.
Efek lain dari beberapa kekhawatiran adalah potensi yang memicu kanker.
Berbagai macam senyawa sintetik yang
diduga sebagai zat exoestrogen diantaranya ftalat, alkilfenol, senyawa
organoklorin, dan hidrokarbon aromatik polisiklik.
f.
Paparan
Zat Beracun.
Paparan zat beracun biasanya berasal
dari limbah berbahaya. Untuk mengetahui seberapa jauh paparan zat beracun
biasanya ditentukan dengan mengetahui bahan kimia atau produk metabolisme dalam
organisme. Paparan zat anorganik paling sering dijumpai adalah logam berat,
radionuklida, dan beberapa mineral, seperti asbes. Gejala yang berhubungan
dengan paparan bahan kimia tertentu juga dapat dievaluasi. Salah satu dampak
yang terlihat jelas misalnya, ruam kulit, atau efek subklinis, seperti
kerusakan kromosom.
g.
Dampak
Biomarker.
Dampak biomarker adalah
perubahan-perubahan biokimiawi, fisiologis, tingkah laku dan lainnya yang dapat
diukur, dalam suatu organisme yang bergantung pada besarannya, dapat dikenali
sebagai manisfestasi atau potensi gangguan kesehatan atau penyakit (ASTDR,
1994).
Contoh dari dampak biomarker adalah daya
hambat enzim cholinesterase otak oleh insektisida Karbamat, induksi asam delta
aminolevulinic synthetase dan inhibisi asam aminolevulinic dehydratase oleh Pb
dan logam-logam berat tertentu lainnya.
Contoh lainnya seperti induksi mixedfunction oxidase
(MFO), formasi simpul DNA dan beberapa perubahan DNA seperti pertukaran
kromatid kembar dan pemutusan untaian/strand, imunosupresi dan hipersensitifitas.
Comments
Post a Comment