Budidaya Jagung Dengan Metode Tanpa Olah Tanah.
A. Pengertian Metode Tanpa Olah Tanah.
Ada
berbagai macam cara menanam jagung salah satunya dengan menerapkan metode tanpa
olah tanah (TOT). Pengertian tanpa olah
tanah di sini adalah cara penanaman tanpa perlakuan persiapan lahan seperti
pembalikan dan penggemburan tanah terlebih dahulu, hanya diperlukan lubang
untuk membenamkan benih kedalam tanah. Di negara maju penanaman tanpa olah
tanah biasanya menggunakan alat planter. Sedangkan di Indonesia biasanya cukup
menggunakan tugal. Tugal diperlukan untuk melubangi permukaan tanah tempat
benih ditanam. Perlu diketahui cara menanam jagung tanpa olah tanah ini tidak
bisa diterapkan di semua jenis lahan. Hanya lahan yang memiliki tingkat kegemburan
tertentu yang cocok untuk metode ini. Tanah yang keras tidak bisa menerapkan
metode tanpa olah tanah. Biasanya metode tanpa olah tanah cocok diterapkan di
lahan sawah, bekas tanaman padi yang telah selesai di panen. Bisa diterapkan di
sawah tadah hujan maupun sawah beririgasi teknis yang ingin menerapkan rotasi
tanaman. Jerami bekas tanaman padi sangat berguna sebagai mulsa untuk tanaman
jagung.
B. Kelebihan dan Kekurangan Metode TOT.
Cara
menanam jagung dengan metode tanpa olah tanah memiliki kelebihan dan kekurangan,
diantaranya :
a. Kelebihan Metode Tanpa Olah Tanah,
antara lain :
1.
Menyingkat waktu budidaya karena
petani tidak perlu melakukan pengolahan tanah terlebih dahulu.
2.
Menghemat ongkos tenaga kerja.
3.
Menghindari kerusakan tanah, karena
tanah yang terlalu sering dibalik dan digemburkan akan mengalami pengerasan
dalam jangka panjang. Selain itu tanah yang dibajak atau digemburkan akan
terbuka, sehingga ada potensi hilangnya mineral tanah.
4.
Mengurangi erosi lapisan hara tanah
bagian atas karena proses pengolahan.
b. Kekurangan Metode Tanpa Olah Tanah,
antara lain :
1.
Ada kemungkinan tanah telah
ditumbuhi gulma yang bisa mengganggu pertumbuhan tanaman.
2.
Karena tanah tidak dibuka ada
kemungkinan sisa-sisa hama yang masih berkembang biak di atas lahan, dan bisa
mengganggu pertumbuhan tanaman berikutnya.
C. Persiapan Lahan.
1. Penyiapan Mulsa Jerami.
Langkah persiapan yang diperlukan adalah
pembersihan lahan. Bersihkan jerami sisa panen padi dari lahan dengan cara
merajang atau mencacahnya. Kemudian taburkan secara merata di atas permukaan
lahan. Jerami ini berguna sebagai mulsa penutup tanah.
2. Penyiapan Drainase (Pengairan).
Siapkan drainase di lahan yang akan
digunakan. Drainase dibuat berbentuk garis lurus dengan jarak antar ruas
sekitar 2 meter. Tujuan pembuatan drainase ini untuk membuang kelebihan air,
karena tidak ada pengolahan tanah, seperti peninggian bedeng tanam. Jangan
sampai lahan terendam air.
3. Pembersihan Gulma.
Gulma menjadi faktor yang cukup
mengganggu dalam metode tanpa olah lahan. Bila laha yang kita gunakan ditumbuhi
gulma sebaiknya terapkan pembersihan gulma dengan herbisida. Apabila gulmanya
cukup banyak, gunakan herbisida sistemik yang bisa membasmi gulma hingga ke
akarnya. Silahkan gunakan merek herbisida yang sesuai dengan kebutuhan Anda
(kami tidak menyebutkan merek) dan gunakan sesuai dengan takaran yang
dianjurkan. Setelah 3 hari kontrol kembali lahan, apakah masih terdapat gulma
atau tidak. Bila masih terdapat gulma lakukan lagi penyemprotan. Seminggu
setelah penyemprotan herbisida, lahan siap untuk ditanami.
4. Pemupukan dan Pengapuran.
Bila bekas lahan yang digunakan kurang
subur, bisa ditambahkan penambahan pupuk organik. Boleh pupuk kompos atau pupuk
kandang. Pupuk ditaburkan dalam bentul larik, sesuai dengan baris lubang tanam.
Dosis pupuk organik untuk tanaman jagung sekitar 1,5-2 ton per hektar. Bila
perlu bisa lakukan pengapuran, cara menebarkan kapur sama dengan pupuk dalam
bentuk larikan. Dosis pengapuran sekitar 300-400 kg per hektar.
D. Tahapan Penanaman.
1.
Penyiapan
Benih.
Gunakan benih unggul yang memiliki
tingkat keberhasilan tumbuh lebih dari 95%. Penyiapan benih sebaiknya mengikuti
anjuran produsen benih tersebut. Bagi benih jagung yang bukan dari pabrikan,
benih bisa disiapkan terlebih dahulu dengan cara merendam terlebih dahulu
dengan insektisida. Gunannya agar benih terlindung dari serangan penyakit saat.
Bagi benih yang diproduksi pabrik biasanya sudah dicampur dengan insektisida,
penampakan benih biasanya berwarna merah, sehingga tidak perlu perendaman dengan
insektisida.
2.
Pengaturan
Jarak Tanam.
Jarak tanam untuk tanaman jagung dalam
satu baris sekitar 20 cm, sedangkan jarak antar baris 70-75 cm. Bila bedengan
yang dibuat selebar 2 meter, akan terdapat setidaknya 3 baris tanaman jagung
dalam satu bedeng.
3.
Penanaman.
Penanaman benih bisa dilakukan maksimal
seminggu setelah pemberian pupuk organik dan pengapuran. Lubang tanam dibuat
dengan tugal atau mesin planter. Kedalaman lubang tanam sekitar 3-5 cm.
Masukkan 2 benih jagung dalam satu lubang tanam. Kemudian tutup dengan dengan
tanah, jangat dipadatkan. Siapkan juga tempat penyemaian benih secara terpisah,
gunanya untuk menyulam tanaman jagung yang gagal tumbuh. Agar tanaman hasil
sulaman memiliki umur yang sama dengan tanaman yang telah ditanam di lahan. Periksa
pertumbuhan benih setelah satu minggu. Kemudian sulam benih yang gagal tumbuh
dengan bibit yang telah disemaikan di tempat terpisah. Usahakan penyulaman
dilakukan dengan tanaman yang seumur.
4.
Pemberian
Pupuk Tambahan.
Pemupukan tambahan dilakukan sebanyak 2-
3 kali dalam satu masa tanam tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan jenis
benih yang digunakan. Jagung hibrida biasanya membutuhkan pemupukan yang lebih
banyak dibanding jagung biasa. Jenis pupuk yang dibutuhkan tanaman jagung harus
memenuhi unsur N, P dan K. Unsur N bisa didapatkan dari urea, unsur P dari
SP-36 dan unsur K dari KCl. Takaran pupuk untuk budidaya jagung berdasarkan
anjuran Balitbangtan per hektarnya adalah 350 kg Urea + 200 kg SP-36 + 100 kg
KCl. Bila kesulitan mendapatkan KCL, unusr K bisa didapatkan dari pupuk NPK.
Dengan takaran sebagai berikut , 400 kg NPK 15:15:15 + 270 kg urea + 80 kg
SP-36 untuk setiap hektarnya. Untuk frekuensi pemukan dua kali, berikan pada 10
dan 35 hari setelah tanam (hst). Untuk frekuensi pemupukan 3 kali berikan pada
umur 7-10 hst, 28-30 hst dan 40-45 hst.
E. Pengairan.
Pengairan
yang paling mudah digunakan untuk penanaman jagung di lahan sawah adalah dengan
sistem penggenangan. Bagian yang digenangi air hanya bagian parit drainase saja
bukan seluruh lahan. Caranya alirkan air ke saluran drainase yang telah dibuat.
Biarkan air meresap pada tanah bedengan. Setelah tanah tampak basah, keluarkan
kembali air dari saluran drainase. Ada 5
fase pertumbuhan tanaman jagung yang memerlukan pengairan, yakni :
1. Fase
Pertumbuhan awal,
2. Fase
Pertumbuhan vegetatif,
3. Fase
Pembungaan,
4. Fase
Pengisian biji
5. Fase
Pematangan.
F. Panen dan Pasca Panen.
Tanaman
jagung bisa dipanen sekitar 100 HST, tergantung dari jenis benih yang
digunakan. Secara fisik jagung yang siap panen terlihat dari daun klobotnya
yang mengering, berwarna kekuningan. Panen yang dilakukan sebelum atau setelah
masa fisiologinya akan berakibat pada komposisi kimia jagung yang menentukan
kualitasnya. Setelah panen jagung harus dikeringkan terlebih dahulu. Cara
pengeringan yang paling umum adalah dengan menjemurnya di ladang bersama-sama
dengan klobotnya. Atau bisa juga dikupas kelobotnya kemudian jagung dijemur di
lantai atau di atas terpal. Kerusakan masih bisa terjadi saat proses
pengeringan terutama bila panen dilakukan di musim hujan. Jagung yang masih
basah sangat rentan dengan serangan jamur atau cendawan. Jamur bisa merusak
hasil panen hingga lebih dari 50%.
Comments
Post a Comment