Penyakit Malaria : Penyebab, Gejala dan Pengobatannya

Penyakit Malaria : Penyebab, Gejala dan Pengobatannya

A.    Pengertian Penyakit Malaria.
Malaria adalah penyakit yang disebarkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Nyamuk yang telah terinfeksi memiliki parasit plasmodium, yang akan masuk ke aliran darah manusia yang digigit. Penyakit ini dapat menyebabkan kondisi serius hingga mengancam nyawa, khususnya pada bayi, anak-anak, wanita hamil, dan lanjut usia. Negara dengan iklim tropis (seperti Indonesia) dan subtropis merupakan lokasi yang paling tinggi memiliki risiko penyebarannya. Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2015 ada lebih dari 200 juta kasus malaria yang terjadi di seluruh dunia. 400.000 di antaranya menyebabkan kematian.
B.     Penyebaran Malaria. 
Hanya nyamuk jenis Anopheles betina yang dapat menyebarkan penyakit ini. Ketika nyamuk yang tidak terinfeksi parasit menggigit penderita, nyamuk tersebut berkemungkinan menyebarkannya pada orang lain. Setelah seseorang digigit oleh nyamuk Anopheles dan parasit plasmodium masuk ke aliran darah, parasit itu akan menetap di organ hati. Parasit akan berkembang hingga dewasa dan mulai menginfeksi sel darah merah. Dalam rentang waktu 2-4 hari, parasit dalam sel darah merah akan memperbanyak diri. Proses inilah yang akan menghancurkan sel darah merah hingga akhirnya timbul gejala malaria. Sebagian parasit penyakit ini juga bisa menetap dalam organ hati. Lalu suatu saat menyebabkan kambuhnya gejala.
C.    Masa Inkubasi dan Gejala Malaria.
Umumnya gejala akan timbul setelah 10 hari hingga 4 minggu setelah gigitan nyamuk. Inilah yang disebut dengan masa inkubasi. Indikasi yang muncul bisa tergolong sangat serius, termasuk :
1.      Mual dan muntah.
2.      Sakit kepala.
3.      Demam tinggi.
4.      Menggigil kedinginan.
5.      Mengeluarkan keringat berlebihan.
6.      Sakit perut dan diare.
7.      Nyeri otot.
8.      Tinja berdarah.
9.      Koma.
Pada sebagian orang, gejala dapat timbul beberapa bulan setelah digigit nyamuk. Hal ini disebabkan oleh parasit yang masuk ke tubuh tidak langsung aktif selama selang waktu tertentu. Karena itu, waspadailah gejala-gejala yang dirasakan dan periksakan diri ke dokter apabila Anda mencurigai terkena malaria.
D.    Diagnosis Malaria.
Dalam mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melihat riwayat kesehatan pasien. Termasuk perjalanan ke daerah tertentu yang memiliki risiko tinggi malaria. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan kondisi fisik. Pembengkakan pada hati atau limpa merupakan salah satu tanda yang ditemukan pada seseorang yang terkena malaria. Demikian pula dokter akan mengamati gejala-gejala yang timbul. Guna memastikan diagnosis, dokter bisa menganjurkan pasien untuk menjalani tes darah yang akan diperiksa di laboratorium. Hal ini juga penting dalam menentukan jenis malaria yang diidap, apakah penyakit ini telah mengganggu organ vital, memicu anemia, serta kemungkinan resistensi parasit terhadap obat tertentu.
Selain tes konvensional di laboratorium, ada pula cara diagnosis malaria yang disebut rapid diagnostic test (RDT) melalui sampel darah. Tes ini memiliki keuntungan lebih cepat memastikan adanya parasit dalam tubuh. Hanya perlu sekitar 15 menit untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi parasit penyebab malaria. Prosedur ini sangat berguna, terutama di lokasi yang tidak memiliki fasilitas laboratorium lengkap untuk melakukan diagnosis, sekaligus dapat mempercepat waktu pemberian obat.
E.     Pengobatan Malaria.
Penyakit ini perlu segera diobati dengan tepat, sehingga dapat pulih dengan baik. Pengobatan harus langsung dilakukan setelah diperoleh diagnosis. Umumnya akan diberikan obat antimalaria, yang juga dapat digunakan untuk mencegahnya. Jenis dan berapa lama konsumsi obat ini harus ditentukan oleh dokter. Penentuan dalam pemberian obat tergantung dari jenis malaria, lokasi penularan, seberapa parah gejala yang timbul, dan obat antimalaria yang pernah diminum. Dokter juga akan mempertimbangkan lebih lanjut jika penyakit ini dialami oleh ibu hamil. Pada umumnya obat tersebut dapat mencegah pembentukan parasit dalam darah secara aktif. Sebagian di antaranya dapat dikombinasikan dengan obat lain guna meningkatkan keefektifannya.
Beberapa contoh obat untuk menangani malaria meliputi kina, chloroquine, quinidine, atovaquone-proguanil, artemether-lumefantrine, mefloquine, clindamycin, dan doxycycline. Khusus untuk malaria yang parah akibat parasit plasmodium falciparum, pengobatan harus dilakukan secepat mungkin. Jika penderita tidak bisa meminum obat, dokter akan memberikannya lewat infus.
F.     Komplikasi Malaria.
Malaria merupakan penyakit yang tergolong serius, dan berpotensi memicu komplikasi yang lebih berbahaya. Serangkaian risiko komplikasinya termasuk :
1.      Gagal fungsi organ, termasuk limpa, hati dan ginjal.
2.      Pembengkakan pada pembuluh darah otak.
3.      Kesulitan bernapas karena terlalu banyak cairan di paru-paru.
4.      Anemia akibat sel darah merah yang dihancurkan oleh parasit.
5.      Kadar gula darah yang terlalu rendah.
G.    Upaya Pencegahan Malaria.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pencegahan penakit ini bisa beragam. Di antaranya meliputi :
1.      Cari tahu apakah negara atau daerah yang akan dikunjungi memiliki risiko tinggi malaria.
2.      Gunakan obat anti serangga atau nyamuk.
3.      Kenakan baju lengan panjang dan celana panjang agar terhindar dari gigitan nyamuk.
4.      Pakai kelambu saat tidur.
5.      Konsultasi ke dokter mengenai perlu atau tidak mengonsumsi obat antimalaria. Dokter juga akan menentukan dosis yang tepat.
6.      Segera minta pertolongan ahli medis jika mengalami gejala-gejala malaria. Indikasi penyakit ini bisa timbul hingga 1 tahun setelah perjalanan.

Hingga saat ini, vaksin malaria masih dalam tahap penelitian. Namun sebagian negara di Eropa sudah mulai menggunakannya.

Comments

Popular posts from this blog

Toksikologi Lingkungan : Sejarah, Sumber, Jenis, dan Dampaknya

Manfaat Kunyit Hitam (Curcuma Aeruginosa)