Plasenta Previa dan Solusio Plasenta : Perbedaan, Jenis dan Perawatannya
Plasenta Previa dan Solusio Plasenta
: Perbedaan, Jenis dan Perawatannya.
Ada dua masalah
perdarahan antenatal atau sebelum persalinan, yaitu solusio plasenta dan plasenta previa, keduanya sama-sama disebabkan
oleh masalah perlekatan plasenta pada rahim. Untuk lebih jelasnya, kali ini
akan kita pelajari perbedaaan plasenta previa dan solusio plasenta, mulai dari
tanda dan gejalanya hingga penanganan. Plasenta atau biasa dikenal masyarakat
awam dengan sebutan ari – ari adalah organ yang berfungsi sebagai media pemberi
nutrisi dan oksigen bagi janin selama terdapat di dalam rahim. Plasenta pada
umumnya terbentuk lengkap pada trimester pertama kehamilan. Organ ini dapat
melekat pada dinding bagian depan, dinding bagian bawah, agak ke atas, atau di
bagian bawah rahim. Pada keadaan tertentu plasenta dapat menimbulkan komplikasi
kehamilan berupa perdarahan ante partum. Menurut WHO perdarahan ante partum
adalah perdarahan pervaginam yang terjadi setelah kehamilan berusia 24 minggu
hingga sebelum janin lahir. Pendarahan ante partum dapat disebabkan oleh
plasenta previa dan solusio plasenta. Plasenta previa adalah plasenta yang
melekat pada bagian bawah rahim, karena letaknya ini plasenta dapat menutupi
sebagian atau keseluruhan jalan lahir. Sedangkan solusio plasenta atau ablasia
placenta adalah pemisahan prematur plasenta dari tempat tertanam normalnya di
dalam rahim dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu hingga sebelum janin
lahir.
Berikut
beberapa perbedaan antara plasenta previa dan solusio plasenta.
A. Perbedaan Plasenta previa dan Solusio
plasenta dari Gejala Klinis.
A. Plasenta Previa :
1. Terjadi
perdarahan tanpa disertai rasa nyeri.
2. Perdarahan
dapat terjadi berulang.
3. Perdarahan
timbulnya perlahan-lahan.
4. Darah
yang keluar berwarna merah segar Bisa terjadi anemia dan syok hipovolemik sesuai
dengan keluarnya jumlah darah yang bisa kita amati.
5. Terjadi
pada saat kehamilan.
6. Rahim biasanya tidak berkontraksi.
7. Rahim
teraba biasa (tidak tegang).
8. Denyut
jantung janin ada.
9. Teraba
jaringan plasenta pada pemeriksaan dalam vagina.
10. Penurunan
kepala masih belum masuk pintu atas panggul.
11. Ada
pengaruh dari presentasi janin yang mungkin abnormal.
B. Solusio Plasenta :
1. Terjadi
perdarahan dengan disertai rasa nyeri.
2.
Perdarahan tidak terjadi berulang.
3.
Perdarahan timbulnya tiba-tiba.
4.
Darah yang keluar berwarna merah coklat.
5.
Bisa terjadi anemia dan syok
hipovolemik meskipun keluarnya jumlah darah hanya terlihat sedikit
(pendarahan internal yang tak terlihat).
6.
Terjadi saat kehamilan hingga
menjelang kelahiran bayi.
7.
Rahim biasanya berkontraksi.
8.
Rahim teraba tegang.
9.
Denyut jantung janin biasanya tidak ada.
10. Teraba
ketuban pada pemeriksaan dalam vagina.
11. Penurunan
kepala dapat masuk pintu atas panggul.
12. Tidak
berhubungan dengan presentasi janin.
B. Perbedaan dalam Penatalaksanaan.
Karena
keduanya merupakan kondisi yang berbeda dan dengan gejala yang berbeda, maka
penanganan atau penatalaksanaannya pun akan berbeda. Berikut perbedaan plasenta previa dan solusi plasenta di lihat dari
penatalaksanaannya :
A.
Plasenta
Previa.
Penatalaksanaan plasenta previa
tergantung pada sejumlah hal yaitu
jumlah perdarahan, umur kehamilan dan jenis plasenta previa. Ibu yang
dicurigai mengalami plasenta previa harus segera dibawa ke rumah sakit
besar dengan fasilitas transfusi darah dan operasi. Hati-hati! Pada plasenta
previa tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam atau pemasangan tampon vagina,
karena hal ini justru dapat memperbanyak perdarahan dan berisiko menyebabkan
infeksi. Untuk mencegah syok dapat dilakukan pemasangan infus NaCl/RL sebanyak
2 -3 kali jumlah perdarahan.
Terdapat
3 jenis penatalaksanaan pada plasenta previa :
1.
Perawatan
Konservatif.
Pada tahap ini, pasien dianjurkan untuk
beristirahat, diawasi, dan diberikan beberapa obat-obatan untuk mengatasi
anemia, tokolitik, dan antibiotik apabila ada tanda-tanda infeksi. Perlu juga
dilakukan pemeriksaan USG dan tes darah untuk mempertegas diagnosis dan
perkembangan kondisi pasien
Perawatan konservatif ditujukan pada pasien dengan kondisi sebagai berikut:
Perawatan konservatif ditujukan pada pasien dengan kondisi sebagai berikut:
a.
Usia kehamilan belum cukup
bulan (belum waktunya melahirkan).
b.
Tidak terlihat adanya perdarahan
yang banyak (tidak ada atau sedikit) terbukti dengan kadar Hmeoglobin (Hb) yang
normal.
c.
Tempat tinggal pasien dekat dengan
rumah sakit (perjalanan tidak lebih dari 15 mnt), sehingga apabila terjadi
sesuai yang darurat bisa ditangani segera.
Apabila selama 3 hari setelah dilakukan
perawatan konservatif dan ternyata tidak tampak adanya perdarahan maka
lakukan mobilisasi bertahap dan pasien dibolehkan untuk pulang.
2.
Persalinan
per vaginam.
Maksudnya adalah melahirkan bayi secara
normal melalui jalan lahir. Prosedur ini dilakukan pada jenis plasenta previa
marginalis, letak rendah, atau lateralis dengan pembukaan 4 cm atau
lebih.
Persalinan
pervaginam ditujukan pada ibu hamil dengan kondisi sebagai berikut:
a. Usia
kehamilan sudah cukup bulan (memang sudah waktunya melahirkan)
b. Perdarahan
yang banyak tanpa memandang usia kehamilan
c. Janin
di dalam kandungan sudah meninggal
3.
Operasi
Sesar. Pada
kasus-kasus tertentu diperlukan tindakan operasi sesar pada plasenta previa,
apabila:
1.
Plasenta Previa Totalis
2.
Plasenta Previa Lateralis dimana
pembukaan kurang dari 4 cm.
3.
Perdarahan banyak tanpa henti.
4.
Presentasi janin abnormal.
5.
Ibu hamil dengan panggul sempit.
6.
Serviks belum matang
7.
Gawat janin
B.
Solutio
Plasenta.
Setiap pasien yang dicurigai solusio
plasenta tidak boleh dilakukan penatalaksanaan pada fasilitas kesehatan dasar,
ini kondisi darurat yang harus ditangani rumah sakit dengan fasilitas lengkap.
Tranfusi darah atau resusitasi cairan harus dilakukan terlebih
dahulu sebelum melakukan tindakan lainnya. Ketuban dapat segera dipecah
tanpa memperdulikan apakah persalinan pervaginam atau perabdominal untuk
mengurangi regangan uterus.
Seperti pada palsenta previa, pada Solusio Plasenta juga memiliki 3 jenis
penatalaksanaan, namun dengan syarat yang berbeda sebagai berikut:
1. Konservatif
: Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan solusio plasenta ringan.
2. Persalinan per vaginam
: Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu, solusio plasenta sedang dan berat
atau solusio plasenta ringan yang memburuk, dan persalinan diperkirakan harus
dapat diselesaikan kurang dari 6 jam.
3. Operasi sesar
: Dilakukan bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan persalinan pervaginam
diperkirakan akan berlangsung lebih dari 6 jam baik pada solusio plasenta
ringan, sedang maupun berat.
Perdarahan akibat solusio plasenta
ternyata lebih berbahaya dibandingkan perdarahan akibat plasenta previa.
Perdarahan yang tampak keluar melalui vagina sering kali tidak sebanding dengan
perdarahan yang berlangsung di dalam rahim. Kesulitan memperhitungkan darah
yang keluar inilah yang menyebabkan solusio plasenta lebih berisiko menimbulkan
komplikasi kematian bagi janin dan ibu.
Comments
Post a Comment