Mengatasi Dehidrasi atau Kekurangan Cairan Tubuh


Mengatasi Dehidrasi atau Kekurangan Cairan Tubuh

A.    Pengertian Dehidrasi.
Dehidrasi adalah kondisi yang menggambarkan adanya gangguan pada keseimbangan cairan tubuh. Dengan kata lain, dehidrasi terjadi pada seseorang yang mengalami defisiensi atau kekurangan cairan tubuh. Dehidrasi dapat disebabkan oleh efek samping dari keadaan di sekitar tempat tinggal seseorang, misalnya akibat sengatan sinar matahari pada cuaca yang panas.
Olahraga yang dilakukan secara berlebihan bisa menjadi penyebab lain dari dehidrasi pada orang dewasa. Dehidrasi bisa juga disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu, terutama pada anak dan manula. Sebagian besar kasus dehidrasi pada anak disebabkan oleh penyakit diare. Selain diare, muntah bisa menjadi penyebab dehidrasi pada anak.
Sedangkan pada manula, terjadinya dehidrasi lebih terpicu oleh kondisi tubuh yang tidak lagi dapat menampung cairan sebanyak orang-orang yang berusia lebih muda. Lebih jauh dari itu, dehidrasi pada manula bisa diakibatkan oleh efek samping konsumsi obat-obatan sebagai bagian dari penanganan penyakit yang sedang diderita. Pada dasarnya, tubuh yang mengalami kekurangan cairan tidak bisa berfungsi secara normal. Tingkat gangguan fungsi tubuh ini dapat terdeteksi dari seberapa parah kekurangan cairan pada penderita dehidrasi.
Begitu pula dengan langkah penanganan yang akan dilakukan perlu disesuaikan dengan tingkat keparahannya, selain mempertimbangkan usia dan faktor-faktor penyebab lainnya. Salah satu gejala dehidrasi parah adalah pingsan. Kondisi ini perlu diwaspadai sebagaimana penderita dehidrasi yang pingsan harus segera mendapatkan penanganan darurat di klinik kesehatan atau rumah sakit.  
B.     Gejala Dehidrasi.
Dehidrasi lebih mungkin terjadi pada orang-orang yang berada di lingkungan bercuaca panas atau saat sedang menderita penyakit tertentu. Asupan cairan perlu tetap diberikan meski mereka tidak merasa haus. Sebagai langkah mengenali dehidrasi, gejala-gejalanya perlu dipahami berdasarkan usia masing-masing.
Gejala dehidrasi pada orang dewasa bisa dilihat pada kondisi - kondisi yang umumnya lebih jelas terasa, misalnya :
1.      Jarang buang air kecil dibandingkan biasanya. Pada saat buang air kecil, warna urine terlihat kuning gelap.
2.      Sering merasa mudah lelah yang disertai dengan pusing.
3.      Merasa haus secara berlebihan.
4.      Kerap mengalami disorientasi atau linglung.
Gejala dehidrasi pada bayi dan anak perlu diperhatikan dengan saksama dikarenakan sebagiannya bisa terlihat menyerupai kondisi sehat pada umumnya. Waspadai jika kondisi semacam itu terjadi secara berulang-ulang.
1.      Tidak buang air kecil dalam tiga jam.
2.      Rewel tanpa alasan yang jelas dan terjadi beberapa kali dalam sehari.
3.      Terlihat cekung pada mata, pipi, atau permukaan kepala.
4.      Air mata tidak terlihat keluar saat sedang menangis.
5.      Mulut terlihat kering.
Sebagai tindakan pengawasan lebih jauh, waspadai kondisi diri sendiri atau orang terdekat yang mengalami kondisi-kondisi tertentu, misalnya mengalami lesu, terlalu banyak tidur, diare lebih dari satu hari, buang air besar berdarah, tinja berwarna gelap, atau terlalu sering buang air kecil. Tidak ada salahnya untuk melakukan pemeriksaan kepada dokter untuk mengantisipasi komplikasi.
C.    Penyebab Dehidrasi.
Terdapat beberapa kelompok dengan kriteria tertentu yang lebih berisiko mengalami dehidrasi jika dibandingkan dengan kondisi orang-orang pada umumnya. Kelompok kriteria ini bisa mengalami gejala-gejala dehidrasi yang bisa jadi tidak diketahui atau tidak terlihat,
maka dari itu secara alami mereka membutuhkan pengawasan secara khusus dan berkelanjutan diakibatkan ketidakmampuan dalam merawat diri sendiri atau memiliki keterbatasan fisik untuk bisa memenuhi kebutuhan diri sendiri sepenuhnya. Di antara mereka juga terdapat orang-orang yang menjalani pekerjaan berisiko tinggi untuk mengalami dehidrasi.  
Beberapa kelompok kriteria yang dimaksud meliputi :
1.      Manusia lanjut usia (manula).
Terutama pada manula yang mengalami keterbatasan fisik, menjadikan dirinya tidak mampu memenuhi kebutuhan cairan dengan mudah. Mereka juga mungkin tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami kekurangan cairan dan tidak melakukan tindakan pencegahan.
2.      Bayi dan anak kecil.
Bayi dan anak kecil membutuhkan pengawasan secara terpadu karena mereka belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Waspadai serangan penyakit diare atau muntah pada bayi dan anak, termasuk serangan demam pada anak, yang dapat memicu defisiensi cairan.
3.      Penderita diabetes tipe 2 dan/atau gangguan tenggorokan.
Salah satu pengobatan yang diberikan kepada penderita diabetes tipe 2 adalah pil diuretik untuk mencegah penyerapan sodium berlebihan oleh ginjal. Efek sampingnya, terjadilah penumpukan urine yang menjadikan frekuensi buang air kecil meningkat.
Alhasil, penderita diabetes tipe 2 berisiko untuk mengalami kekurangan cairan. Pada kasus yang berbeda, penderita gangguan tenggorokan merasa enggan untuk minum akibat rasa sakit pada tenggorokan. Hal ini menjadikan tubuhnya mengalami defisiensi cairan.
4.      Orang-orang yang berolahraga berlebihan atau bekerja di cuaca panas.
Ketidakmampuan tubuh untuk menurunkan suhu secara alami kerap dialami seseorang yang berolahraga secara berlebihan atau bekerja di bawah terik matahari dalam jangka panjang.
Hal ini disebabkan keringat yang keluar tidak menguap dengan sempurna di balik pakaian yang dikenakan. Selain dari itu, mencari tahu penyebab mendasar dari dehidrasi perlu diutamakan demi bisa menemukan penanganan yang tepat.
Kehadiran penyakit tertentu dapat menjadi penyebab dehidrasi berdasarkan tingkat frekuensi dan keparahan yang berbeda-beda. Penyebab dehidrasi yang lebih umum menimpa seseorang :
1.      Infeksi usus atau perut (gastroenteritis).
2.      Rotavirus adalah penyebab utama diare.
Diare merupakan penyebab utama dehidrasi pada bayi dan anak. Jika disertai dengan muntah, risiko anak mengalami dehidrasi pun meningkat.
3.      Demam.
Demam menyebabkan menurunnya selera makan dan menghilangkan keinginan untuk minum air putih. Di samping itu, makin tinggi suhu demam, biasa diikuti dengan tingkat dehidrasi yang lebih parah. Segera hubungi dokter jika penderita demam juga mengalami muntah-muntah dan/atau diare.
4.      Infeksi tenggorakan bagian belakang (faringitis).
Rasa sakit yang ditimbulkan akibat faringitis menyebabkan keengganan penderita untuk makan dan minum. Kondisi ini adalah salah satu pemicu dehidrasi.
Penyebab dehidrasi yang membutuhkan penanganan medis secepatnya :
1.      Ketoasidosis diabetic.
Seseorang bisa mengalami dehidrasi akibat gangguan produksi insulin. Dalam kasus ini, penderita membutuhkan penggantian mineral (kalium).
2.      Gastroenteritis.
Merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan muntah, kram perut, mual, diare, dan demam.
3.      Fibrosis kistik.
Kehilangan kandungan sodium dan klorida di dalam keringat pada tingkat parah.
4.      Hiperplasia adrenal kongenital.
Gangguan fungsi kelenjar adrenal akibat adanya kelainan genetik. Kelenjar adrenal terletak di dekat ginjal.
5.      Diabetes insipidus.
Penderita merasa kehausan hampir tiap saat sehingga sering minum air putih. Di lain sisi, penderita diabetes insipidus sering membuang air kecil hingga pada kondisi terparah mencapai 20 liter urine sehari.
6.      Tirotoksikosis.
Meski selera makan meningkat, namun berat badan menurun yang disertai dengan diare.
7.      Mengalami luka bakar.
Cairan tubuh berisiko merembes dari kulit yang mengalami luka bakar.
8.      Terkena sengatan panas dalam jangka panjang.
Kondisi ini dikaitkan dengan kulit yang terlihat mengering parah, mengalami hiperpireksia, dan muncul gangguan mental.  
D.    Pengobatan Dehidrasi.
Penanganan dehidrasi selayaknya disesuaikan dengan usia penderita dan tingkat keparahan yang dialami. Untuk dehidrasi ringan, penanganan di rumah merupakan cara yang masih bisa diutamakan terlepas dari berapa pun usia penderita. Contoh penanganan di rumah meliputi : pemantauan kondisi penderita dengan cara memberinya asupan cairan secara terjadwal. Meski begitu, penanganan di rumah juga membutuhkan kewaspadaan untuk mengantisipasi kondisi penderita yang tidak kunjung membaik disertai kemunculan gejala yang makin sering terjadi.
Jika sudah demikian, penderita membutuhkan penanganan medis dari dokter. Perhatikan juga tingkat kesadaran penderita jika terus menurun dan terlihat hampir kehilangan kesadaran. Terakhir, perhatikan jika penderita tidak mampu menjaga keseimbangan saat mengangkat tubuh dari berbaring atau duduk. Terkait tingkat dehidrasi yang lebih parah, penanganan perlu disesuaikan dengan usia dan kondisi masing-masing.
1.      Dehidrasi pada bayi di bawah usia 1 tahun, termasuk bayi baru lahir.
Bayi pada kisaran usia ini membutuhkan asupan makan dan minum secara berkesinambungan. Menambahkan hal itu, disarankan untuk memberi asupan cairan kepada bayi sesering mungkin. Jika terdapat kecurigaan bahwa bayi mengalami dehidrasi, terdapat beberapa langkah awal yang bisa dilakukan, antara lain :
a.       Jika bayi diberikan ASI secara langsung, maka disarankan untuk menyusuinya sesering mungkin. Tapi jika bayi diberikan susu melalui botol, pastikan cairan yang diberikan sudah memenuhi jumlah ideal tiap asupannya.
b.      Pemberian sereal bisa mendukung asupan cairan bayi sebagaimana sereal mengandung air. Begitu juga dengan pemberian sayur-sayuran atau buah-buahan yang sudah ditumbuk. Hanya berikan jenis-jenis makanan ini jika bayi sudah terbiasa. Jika belum, tetap fokus kepada pemberian ASI atau susu botol.
c.       Pada kasus dehidrasi pada bayi yang lebih parah, disarankan untuk memberinya oralit. Sesuaikan takaran oralit dengan berat badan dan tingkat keparahan dehidrasi yang dialami.
d.      Konsultasikan kepada dokter anak mengenai kondisi bayi untuk mendapatkan saran penanganan yang lebih lengkap.
2.      Dehidrasi pada anak-anak berusia di antara 1-11 tahun.
Terutama pada anak-anak kisaran usia ini, mereka mulai memiliki makanan dan minuman kegemaran. Tidak ada salahnya memenuhi keinginan mereka selama masih menyehatkan.
a.       Variasikan pemberian air putih dengan susu atau minuman manis.
b.      Apa pun jenis cairan yang diberikan, pastikan untuk memenuhi kebutuhan ideal per hari. Untuk mempermudah, berikan sedikit-sedikit, tapi sering.
c.       Berikan makanan yang mengandung banyak cairan, seperti buah-buahan dan sereal yang mengandung sayur-sayuran secara rutin
d.      Khususnya pada anak-anak kisaran usia 4-10 tahun, kebutuhan cairan minimal yang disarankan berkisar antara 4-6 gelas untuk bisa menggantikan cairan yang hilang akibat aktivitas kesehariannya.
e.       Selalu konsultasikan kondisi bayi atau anak kepada dokter jika mengalami hal-hal yang dinilai tidak wajar akibat mengalami dehidrasi.
3.      Dehidrasi pada anak-anak berusia 12 tahun hingga usia dewasa.
Anak-anak berusia 12 tahun ke atas mulai menggemari kegiatan olahraga. Apakah olahraga tersebut dilakukan di dalam atau di luar ruangan sebaiknya tidak dilakukan secara berlebihan. Termasuk bagi orang dewasa yang bekerja di ruangan terbuka dan terekspos terik sinar matahari secara langsung. Lakukan beberapa tindakan penanganan berikut jika terjadi dehidrasi.
a.       Hentikan aktivitas dan segera istirahatkan tubuh dengan duduk di area yang sejuk sambil menyelonjorkan kedua kaki.
b.      Tanggalkan pakaian berlebihan agar udara sejuk bisa menurunkan suhu tubuh mendekati normal kembali.
c.       Segera minum air putih secukupnya. Selain air putih, minuman olahraga yang mengandung tambahan mineral diperbolehkan juga.
d.      Jangan memaksakan diri untuk melanjutkan pekerjaan atau olahraga setelah menjalani penanganan dehidrasi. Meski tubuh terasa sudah segar kembali dalam beberapa jam, namun nyatanya metabolisme tubuh membutuhkan waktu hingga 24 jam untuk bisa memproses penggantian cairan tubuh sepenuhnya.
E.     Pencegahan Dehidrasi.
Upaya pencegahan dehidrasi bisa dilakukan selama seseorang bisa memenuhi takaran asupan cairan harian yang direkomendasikan. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi sebagian besar dari konsumsi air dan sebagian lagi dari makanan yang mengandung cairan. Jumlah takaran ideal yang disarankan secara medis bagi pria dan wanita pada kisaran usia 19-30 tahun adalah 3 liter (pria) dan 2,2 liter (wanita).
Angka takaran ini mewakili sekitar 81 persen dari total cairan yang dibutuhkan tubuh. Sebanyak 19 persen sisanya didapatkan dari makanan yang mengandung cairan. Dehidrasi adalah penyakit yang bisa berdampak fatal, bahkan kematian, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Meski begitu, dehidrasi adalah penyakit yang dapat dicegah. Dibawah ini hal – hal yang bisa dilakukan untuk mencegah dehidrasi, diantaranya :
1.      Pastikan bahwa bayi dan anak-anak, termasuk manula, di rumah telah diberikan asupan cairan secukupnya pada tiap saat. Orang tua harus memastikan pula asupan makanan dan minuman bayi telah memenuhi takaran yang direkomendasikan oleh dokter anak. Manula juga sebaiknya diberikan akses yang bisa mempermudahnya mendapatkan air minum sendiri.
2.      Pilihlah daerah atau waktu tertentu yang bersuhu sejuk saat memutuskan untuk berolahraga di luar ruangan. Waktu sekitar subuh hingga pukul 07.00 atau sekitar pukul 16.00-18.00 adalah waktu olahraga luar ruangan yang direkomendasikan sebagaimana paparan sinar matahari pada waktu tersebut tidak terasa terlalu menyengat.
3.      Utamakan mengenakan pakaian longgar dan nyaman di area luar ruangan, khususnya saat siang hari atau cuaca sedang panas. Cobalah untuk mempertimbangkan memakai baju berwarna cerah, namun tetap tidak terlalu mencolok. Warna ringan seperti putih, kuning muda, biru muda mencegah sinar matahari terserap berlebihan sehingga badan tidak merasakan panas dari sengatan matahari.
4.      Buatlah perencanaan untuk membawa persediaan air minum, terutama saat berencana mengunjungi tempat kerja atau acara yang berisiko menjadikan diri terpapar suhu panas atau sinar matahari dalam jangka waktu lama. Bawalah minuman yang mengandung elektrolit jika memungkinkan, namun air putih kemasan sudah cukup.
5.      Hindari konsumsi minuman beralkohol karena efek sampingnya dapat mengaburkan konsentrasi dan memicu buang air kecil berlebihan (efek diuretik).
6.      Cobalah untuk berada di area yang panas atau bercuaca panas seminimal mungkin. Hanya lakukan saat memang diperlukan saja. Jika tubuh berkeringat berlebihan akibat suhu panas, minumlah cairan secukupnya dan istirahat sejenak di ruangan yang sejuk.
Pengetahuan medis mengenai upaya pencegahan dehidrasi perlu diberikan kepada seluruh anggota keluarga di rumah dan kerabat lain. Jangan sampai hanya karena malas minum air putih atau sulitnya akses kepada air minum justru menjadikan tubuh mengalami dehidrasi. Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap, disarankan untuk berkonsultasi kepada dokter.


Comments

Popular posts from this blog

Toksikologi Lingkungan : Sejarah, Sumber, Jenis, dan Dampaknya